Selasa, 19 Juni 2012

BANJAR GETAS



BANJAR GETAS


D isebuah kerajaan kecil, di belahan timur pulau Lombok, yang kerajaan tersebut bernama Berenge. Yang rajanya terkenal beringas, tidak mempunyai rasa keperimanusiaan, ia bertangan besi. Sedikit kesalahan yang dilaakukan rakyatnya maka kematianlah yang akan diterima. Itu sebabnya Raja tersebut dijuluki raja berkepala babi.

Suatu malam, ketika istrinya sedang hamil tua, maka ia bermimpi tumbuhnya sepohon pinang di depan pintu rumahnya yang menjulang tinggi dengan pancaran sinar terang di atasnya.

Maka, keesokan harinya dikumpulkannya  para ahli nujum yang ada disekitar kerajaan tersebut, ditanyalah satu persatu arti daripada mimpi itu.
Mereka menjawab dengan jawaban yang hampir sama. Bahwa kelak, disuatu masa, akan ada seorang pria yang akan menandingi paduka. Sang raja berkepala babi terkejut mendengar jawaban itu.

Segeralah sang raja memerintahkan para punggawa kerajaan untuk mengumpulkan semua rakyat kerajaan Berenge di alun-alun. Diumumkanlah kepada mereka, bagi yang muda-mudi untu tidak boleh kawin dan bagi mereka yang sudah kawin untuk tidak boleh berhubungan intim dengan suami istri. Kematianlah akibatnya bagi siapapun yang melanggarnya.

Malang nasib bagi mereka yang ketahuan hamil, mereka diadu sesama yang hamil , bagaikan ayam aduan di tenagah padang diantara keramaian orang, bagi yang kalah/mati maka dia dibuang ketengah sungai hinggga hanyut dan yang menang diadu lagi dengan yang hamil lainnya.

Melihat sikap raja yang semena-mena itu, maka para tokoh kerajaan, baik yang berasal dari Beleke, Lekor, Terentem, ataupun kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya seara diam-diam sepakat untuk membunuh sang raja yang dzalim.

Terjadilah pembunuhan sang raja melalui taktik yang tidak pernah disangkanya.
Di sore hari, diundanglah sang raja oleh tokoh-tokoh yang berasal dari Beleke ke suatu acara, dimana ditempat itu telah disediakan sebuah perangkap berupa sebuah sumur besar dan dalam yang diatasnya ditutup dengan kayu rapuh yang diselimuti oleh kain permadi yang mewah nan elegant.

Singkat cerita, tibalah sang raja, duduklah sang raja diatas permadi tersebut.  tidak berselang kemudian, disaat sang raja lagi enaknya mencicipi sebuah hidanagan, maka , patahlah bingkai sumur yang terbuat dari kayu rapuh tersebut. Tamatlah riwayat sang raja berkepala babi setelah dia terjerumus kedalam perangkap yang telah dibuat dan langsung dikubur hidup-hidup didalam sumur tersebut.

Waktu berlalu begitu cepat, hari berganti minggu, hingga tak terasa berberapa bulan terlewatkan. Sang bayi yang masih dalam kandungan istri mendiang semakin dekat dengan hari-hari kelahirannya. Oleh karena masih teriris rasa luka akibat tingkah raja yang dzalim, maka para punggawa beserta seluruh rakyat kerajaan Berenge sepakat untuk membunuh sang bayi yang akan segera lahir. Ditakutinya apabila kelak ia akan mewarisi watak mendiang ayahnya.
Ditemukanlah suatu siasat/ide agar jangan terjadi pembantaian secara tidak manusiawi seperti yang pernah dilakukan ayahnya/raja berkepala babi.

Seminggu menjelang kelahirannya, dibuatlah sebuah peti sebagai tempat ditaruhnya sang bayi untuk kemudian dihanyutkan di sungai Berenge.
Sang bayi pun lahir dengan wajah yang bersinar terang, tapi apa boleh buat, mau tidak mau, bayi itupun lalu ditaruhlah di sebuah peti yang sudah disediakan dan  kemudian dihanyutkannya ke tengah sungai Berenge.

Secara perlahan, hanyutlah peti tersebut terbawa arus sungai yang mengalir deras menuju laut selatan yaitu laut Serewe. Beberapa hari kemudian, tibalah peti tersebut dilaut itu.

Brsama tiupan angin selatan, peti tersebut dibawa secara perlahan bersama ombak menuju arah utara.

Hari demi hari, minggu berganti bulan, dikisahkan bahwa peti tersebut tibalah di laut banjar masin, peti tersebut ditemukan oleh seorang nelayan lalu dibawanyalah pulang dan diserahkan peti tersebut kepada sang raja.
Karena diselimuti rasa penasaran yang besar, dibukalah peti tersebut dengan menggunakan kapak hingga terlukalah bibir bagian atas sang bayi. Sang raja kaget,heran dan menyesal karena telah membuka peti itu menggunakan kapak, sang raja tidak meyangka bahwa isi peti tersebut adalah seorang bayi . Tapi apalah artinya sebuah penyesalan, nasi sudah menjadi bubur. Diberilah nama bayi itu dengan nama Banjar Getas. Banjar artinya sebuah negeri dimana ia ditemukan, sedangkan  Getas artinya putus.

Banjar Getas, hiduplah ia ditengah-tengah keluarga kerajaan yang diasuh oleh istri raja yang tidak bisa melahirkan anak (mandul).

Setelah Banjar Getas beranjak dewasa, bermimpilah sang raja,akan tumbuhnya sepohon pinang didepan pintunya menjulang tinggi dan bersiar terang diatasnya. Ternyata, mimpinya sama dengan mendiang ayahnya yang dikenal dengan manusia berkepala babi.

Sang raja pun memenggil para ahli nujum untuk memberi tahunya apa arti dari mimpinya, mendengar penjelasan dari para ahli nujum yang ada dikerajaan itu, maka diusirlah Banjar Getas walupun istri raja tidak menyetujuinya karena sang istri sudah menganggap sebagai anak sendiri.

Keluarlah Banjar Getas dari kerajaan itu, menyusuri hutan belantara menuju laut dimana ia pertama kali ditemukan. Berlayarlah ia dengan menumpangi sebatang pohon besar. Ia tidak tahu kemana ia harus pergi, hanyalah pasrah kepada ombak dan angin kan menuntunnya.

Beberapa bulan kemudian, terdamparlah ia di pantai Ampenan yaitu pantai barat tanah sasak. Karena rasa lelah, ia menyandarkan  tubuhnya disebuah batu karang pinggir pantai dan kemudian melanjutkan perjalannya ke arah timur.

Beberapa minggu keudian, ditengah perjalanan, terlihatlah kerumunan masa. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Karena rasa penasaran, langkahnya semakin dipercepat bahkan ia berlari kencang. Setelah tiba dikerumunan itu, ia tahu bahwa itu adalah sebuah peperangan antara Bali dan Kerajaan Pajanggik. Pejanggik tidak pernah meyukai akan penguasaan kerajaan Bali,krajaan Bali yang sealau mencoba untuk menguasai Lombok. Apalah daya, disaat perang itu terjadi, tentara Bali mendapatkan bantuan dari Praya dan Kopang. Melihat keadaan yang tidak seimbang itu, maka dengan gagah berani sang pemuda yang bernama Banjar Getas, menghentakkan kakinya sekuat tenaga dan berteriak sehingga membuat tentara Bali tercecer berlarian tidak searah.

Perang itu terjadi disebuah padang luas tanpa pohon dan penghuni. Padang itu disebut Suwung, yang sekarang dikenal dengan nama Puyung. Puyung artinya sepi atau suwung.

Maka, dibawalah Banjar Getas oleh raja Pejanggik ke kerajaan Pejanggik, diangkatlah ia sedagai patih kerajaan.................................................................................................






NB : Cerita ini tidak sepenuhnya benar karena cerita rakyat yang diceritakan dari lisan ke lisan, dan cerita ini belum berakhir alias komplit,,,,,,, hehehe..........


Thanks to :
Narasumber – Suburdi Ramen ( babe gw sendiri, hehe...... )




0 komentar:

Posting Komentar

komentarnya yang realistis dan rasional ya...........

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com